Saturday, 9 March 2013

[Review] Paris


Judul : Paris
Pengarang : Prisca Primasari
Penerbit : Gagas Media

***

Bulan Februari kemarin saya banyak membaca tulisan Prisca. Buku ini ber-setting di Paris, tempat yang udah sering banget dijadiin setting, mulai dari buku, lukisan, film, lagu, macem-macem lah. Tapi yah, berhubung Paris itu salah satu kota favorit saya, ngga pernah bosen deh baca soal kota ini.

Novel ini bercerita tentang kisah cinta Aline dan Sena. Alur ceritanya sederhana, tapi disampaikan dengan bagus. Mungkin ini soal selera ya... Saya bukan tipe pembaca yang suka baca cerita yang disampaikan dengan bahasa gaul. Mungkin karena udah biasa baca sastra, jadi terbiasa dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar :p Bahasa gaul sebagai dialog, untuk memperkuat karakter bisa diterima, tapi kalo narasi cerita pake bahasa gaul, agak-agak kurang suka bacanya. Well, sekali lagi ini soal selera.

Oke, buku ini punya cerita yang unik. Berawal dari Aline yang menemukan pecahan keramik di taman, lalu benda itu menbawanya mengenal seorang cowok bernama Sena. Cowok ini dikisahkan misterius, karena mengajaknya bertemu di Bastille, pukul 12 malam. Cowok ini juga diceritakan sering datang dan pergi tanpa alasan yang jelas. Diantara semua ketidak jelasan itu, Aline pelan-pelan menemukan dirinya jatuh cinta. Cinta yang membuat dia mengenal dirinya sendiri dan berani melangkah dari patah hati.

Interaksi antara Aline dan Sena cukup dinamis dengan beberapa perbedaan karakter yang mereka punya. Menarik melihat bagaimana mereka saling menyesuaikan. Apalagi ketika diperkaya dengan janji Sena untuk memenuhi 3 permintaan Aline karena sudah mengembalikan pecahan keramiknya. Cerita tentang keramik itu pun merupakan misteri tersendiri.

Over all, saya menikmati membaca buku ini. Paris sebagai setting juga diolah dengan pas, walaupun tidak terlalu dalam. Untungnya, Paris diposisikan bukan sebagai kota over-romantic dengan cerita berkisar antara berciuman di puncak menara Eiffel atau fine-dining dengan hidangan keju. I'm getting sick with something like that. 

Satu hal yang cukup mengganggu cuma alasan kenapa Sena menjadi cowok misterius. Menurut saya alasannya agak sulit diterima akal sehat dan agak hiperbola. But overall, this book is another sweet story to be read with a cup of cammomile tea.




Love.
Dhieta



I love Paris in the summer, when it sizzles - Cole Porter

No comments:

Post a Comment