Saturday, 9 March 2013

[Review] The Song of Achilles


Judul : The Song of Achilles
Pengarang : Madeline Miller
Penerbit : Blomsbury Publishing

Sinopsis :


Greece in the age of Heroes. Patroclus, an awkward young prince, has been exiled to the kingdom of Phthia. Here he is nobody, just another unwanted boy living in the shadow of King Peleus and his golden son, Achilles.


Achilles, 'best of all the Greeks', is everything Patroclus is not — strong, beautiful, the child of a goddess — and by all rights their paths should never cross. Yet one day, Achilles takes the shamed prince under his wing and soon their tentative companionship gives way to a steadfast friendship. As they grow into young men skilled in the arts of war and medicine, their bond blossoms into something far deeper — despite the displeasure of Achilles's mother Thetis, a cruel and deathly pale sea goddess with a hatred of mortals.

Fate is never far from the heels of Achilles. When word comes that Helen of Sparta has been kidnapped, the men of Greece are called upon to lay siege to Troy in her name. Seduced by the promise of a glorious destiny, Achilles joins their cause. Torn between love and fear for his friend, Patroclus follows Achilles into war, little knowing that the years that follow will test everything they have learned, everything they hold dear. And that, before he is ready, he will be forced to surrender his friend to the hands of Fate.

Profoundly moving and breathtakingly original, this rendering of the epic Trojan War is a dazzling feat of the imagination, a devastating love story, and an almighty battle between gods and kings, peace and glory, immortal fame and the human heart



***


Wew! Buku ini penuh letupan letupan kecil yang bikin tarik nafas pas selesai bacanya.

Saya lagi pengen baca buku-buku yang menang literary award. Pas kebetulan nemu buku ini didiskon, dan tertarik karena di covernya ada notifikasi kalau buku ini menang Orange Prize 2012. Trus baca sinopsisnya lumayan tertarik cos mikirnya bakal baca soal persahabatan antara dua pria, Achilles dan Patroclus. Kalo persahabatan antara dua cewek, kan udah sering dibahas tuh. Tapi persahabatan dua cowok agak-agak jarang, makanya penasaran.

Tapiiii, ternyata oh ternyata... this is not about friendship between two man. This is about love between them. Weleh, saya shock banget! Hadoooohhh... agak sedikit perjuangan sih bacanya apalagi kalau pas bagian si Achilles dan Patroclus ini mesra-mesraan. Agak-agak geli gitu.

Cerita dalam novel ini punya latar waktu yang panjang, dari Patroclus kecil sampai dengan masa dewasanya. Sebenarnya novel ini menceritakan kembali legenda Yunani Kuno, Perang Troya, dari sudut pandang Patroclus.  Tapi fokusnya lebih kepada hubungan antara Patroclus dan Achilles, yang sampai akhir saya berusaha mendefinisikan hubungan mereka sebagai persahabatan -.- Saya ngga tahu kenapa Miller, yang background pendidikannya adalah studi tentang Yunani Kuno, menginterpretasikan Patroclus dan Achilles as lovers, sementara novel lain menceritakan mereka sebagai bestfriends, dan even di filmnya mereka malah diceritakan sebagai keluarga.

Yang jelas, deskripsi Patroclus soal Achilles bikin saya jatuh cinta sama tokoh satu ini. Dia diceritakan ganteng abis, cuek, kuat, prideful, tapi sebenarnya lembut hati. Macho abis. Kalau awalnya saya pendukung Paris, sekarang saya jadi beralih pada Achilles. Posisinya sebagai anak yang ditakdirkan menjadi mesin perang, bukan sesuatu yang dia inginkan. Pilihannya untuk maju berperang tidak lebih dari karena dia tidak punya pilihan. Perang itu sendiri pada akhirnya membuat dia terluka secara emosional dan cukup mengubah dia jadi sosok yang (hampir) ngga punya belas kasihan. 

Sebagian besar cerita adalah masa sebelum perang Troya, saya agak bosan bacanya karena lumayan flat di awal, tapi begitu masuk ke bagian perangnya, baru deh mulai intensitasnya. Apalagi karena ada ramalan kalau si Achilles ini bakalan mati dan membaca buku ini halaman demi halaman seperti mendekatkan Achilles pada kematiannya, which was actually I didn't want to do so. Anyway, saya sedih banget pas Achilles ini akhirnya harus mati, sampe kepikiran berhari-hari.

Trus karena novel ini pakai sudut pandang orang pertama (Patroclus) dan disampaikan dengan gaya bahasa yang so sweet, image saya tentang Patroclus ini jadi ngga macho sama sekali. Cenderung menyek-menyek dan bikin saya sebel. Tapi terlepas dari itu, buku ini sangat puitis dan penuh metafora yang kalau diterjemahin ke bahasa Indonesia bakalan agak-agak lebay wkwkwk.... Yah, tapi berhubung saya suka puisi jadi ngga masalah juga sih. 

Bukan jenis buku yang saya nikmati dari awal sampai akhir memang, tapi secara emosional bikin galau juga sih pas sampai di halaman terakhir. Oh, Achilles... You're really breathtaking.




Love,
Dhieta




Achilles asks questions that cannot be answered and makes demands that cannot be met - Adam Parry.

No comments:

Post a Comment