Wednesday 18 November 2015

Wishlist Secret Santa 2015




Santa-ku yang baik,

Maaf ya, aku baru sempat update blog sekarang. Targetmu yang satu ini memang agak-agak tidak tahu diri :'( Udah bagus Santa mau ngasih hadiah buku, eh kok ya targetmu ini malah ngga juga nulis wishlistnya apa >.< Wishlist aku ngga banyak kok Santa. Kemarin main-main ke Gramedia dan lihat buku-buku ini. Silakan Santa pilih sesuai kebaikan hati Santa^^






Terima kasih Santa^^ I love you! Semoga aku bisa menebakmu dengan benar yaa :D



Tuesday 10 February 2015

84 Charing Cross Road


Judul      : 84 Charing Cross Road
Penulis   : Helena Hanff
Penerbit : Sphere
Jumlah Halaman : 230 halaman


Bagaimana rasanya menemukan seseorang yang kepadanya kita bisa bercerita apa saja tentang buku? Tidak banyak orang yang bisa memahami seorang kutu buku. Siapa yang bisa memahami perasaan-perasaan yang timbul ketika kita sedang dan atau habis membaca sebuah buku? Siapa yang bisa melihat never ending wish list sebagai sebuah mimpi yang butuh disemangati? Siapa yang bisa mengerti asyiknya berburu buku bekas di sebuah toko buku yang berantakan dengan buku-buku yang ditumpuk sembarangan? Siapa yang bisa ikut bahagia ketika kita melambung karena mendapatkan buku yang selama ini kita cari-cari?

Beruntunglah seorang kutu buku yang bisa menemukan teman seperti itu.

Beruntunglah Helena Hanff yang menemukan Frank Doel.

Semuanya berawal dari sebuah surat yang ditulis Helena, seorang penulis Amerika penggemar buku-buku non fiksi, untuk Marks & Co, sebuah toko buku yang beralamat di 84 Charing Cross Road, London. Surat itu memuat daftar panjang buku-buku yang menjadi wish list Helena sekaligus uang sebanyak $5. Seorang staf di Marks & Co kemudian  membalas surat itu, memberitahu Helena mereka mempunyai 2/3 dari daftar yang diminta. Itulah awal persahabatan Helena dan Frank.

Buku ini dibagi menjadi dua, 84 Charing Cross Road dan the Duchess of Bloomsbury Street.

Menarik sekali mengikuti surat-surat Helena dan Frank dan mengamati bagaimana persahabatan mereka berkembang. Helena yang tinggal di New York dan seakan tanpa basa basi, bercakap-cakap melalui surat dengan Frank, tipikal English man yang mengedepankan sopan santun. Mereka bicara tentang buku, mencari buku, merayakan buku, berargumen tentang buku... Helena Hanff yang menjadi salah satu pelanggan terbaik Marks & Co, karena ia tidak hanya rajin memesan buku tapi juga mengirimkan parsel Natal, Paskah dan perayaan lain untuk semua staf disana. Segera Helena menjadi kesayangan, tidak cuma untuk Frank tapi juga istri dan anak-anak Frank, dan juga staf-staf lain di Marks & Co. Mereka terus menerus saling berkirim surat selama 20 tahun sampai akhirnya ada hal yang memaksa mereka berhenti.

Membaca surat-surat Helena juga berarti mengenal gayanya sebagai seorang kutu buku. Ia ternyata lebih suka membaca buku di perpus, yang kemudian akan dia beli kalau memang ia suka. Ia juga selalu membeli buku bekas karena ia menyukai perasaan bahwa buku itu pernah dimiliki orang lain. Ini membuat saya memikirkan gaya saya sendiri yang cenderung kutu buku emosional, membaca apa saja dan membeli apa saja selama dompet saya mengijinkan :p

Bagian kedua buku ini menceritakan perjalanan Helena Hanff di London yang telah ia impikan selama bertahun-tahun. Ia akhirnya menjadi penulis sukses setelah menerbitkan surat-suratnya dengan Frank. Saya membaca bagian ini sangat lambat karena menurut saya bagian ini cenderung membosankan. Entah kenapa. Mungkin karena Helena menjadi sosok yang berbeda, dia tidak lagi terlalu sering bercerita tentang buku, dan lebih menjadi seorang turis yang memiliki banyak privilese karena statusnya sebagai penulis. Memang dia pergi mengejar tempat-tempat yang ada kaitannya dengan dunia literasi, tapi dia bukan tipe pembaca yang akan pergi ke toko buku dan berada disana berjam-jam hanya melihat-lihat cover dan membaca judulnya. Saya kurang menemukan ruh seorang kutu buku di bagian ini.

Mungkin suatu hari nanti saya akan membaca ulang buku ini, tapi hanya bagian pertamanya saja :)

Buku ini dimasukkan dalam New Authors Reading Challenge 2015 (Buku ke-2)




Tuesday 27 January 2015

Nonfiction Reading Challenge 2015



Sudah 2015 dan 2014 berlalu tanpa ada Reading Challenge yang sukses :p Tapi buat saya menyerah bukan pilihan yang baik, jadi mari kita mencoba lagi^^ Tahun ini sepertinya saya harus lebih realistis. Saya memilih challenge yang memang in line dengan resolusi baca saya tahun ini yaitu klasik dan non fiksi. Menang bukan tujuan, tapi lebih supaya saya lebih termotivasi buat read better and read wider :D Jadi pas banget lah kalau ikut NRC 2015 yang dihost oleh Evyta.

Targetnya sih satu bulan satu buku aja deh, berhubung saya sebenarnya tidak familiar dengan genre ini dan masih membiasakan diri #alasan. Jadi kalau saya sukses, tahun ini saya akan membaca 12 buku non fiksi.

Nah, berhubung saya masih 'latihan' membaca non-fiksi, saya akan mulai mungkin dengan tema-tema yang saya suka: memoir, sejarah dan tema-tema seperti travel atau olah raga. Akhir-akhir ini saya lagi tertarik banget dengan sejarah Spanyol, jadi mungkin saya akan baca buku seperti The New Spaniards dan Ghosts of Spain, juga tentang tim sepakbola Spanyol di buku La Roja.

Semoga tahun ini keinginan saya untuk read better, read wider and read smarter bisa tercapai^^

Where'd You Go, Bernadette?

Judul    : Where'd You Go, Bernadette?
Penulis : Maria Semple




Saya pengen banget baca buku ini sejak dia masuk nominasi Women's Prize for Fiction. Tapi berhubung belum nemu yang diskonan #pelit, dan masih banyak buku lain yang sepertinya lebih menarik, akhirnya baru baca sekarang setelah nemu buku ini di sebuah charity shop di Dublin hanya dengan harga 3 Euro saja :D

Awalnya saya pikir buku ini tentang Bee, gadis pintar yang meminta pergi ke Antartika sebagai hadiah kelulusannya. Tapi ternyata buku ini tentang Bernadette, ibu Bee, seorang wanita kelas atas dengan masa lalu yang membuat dia berubah menjadi seorang anti-sosial yang menarik diri dari komunitas.

Awalnya saya agak kesulitan menikmati buku ini, selain ditulis dengan sudut pandang yang beda-beda, dalam bentuk yang beda - kadang narasi, kadang potongan surat, kadang email - di awal ceritanya seperti belum berbentuk. Akibatnya buku ini terasa lambat dan kalau sudah kaya gini, biasanya saya jadi lama banget bacanya^^

Tapi ternyata semua pertanyaan yang muncul di bagian pertama mulai terjawab di bagian-bagian selanjutnya. Cerita jadi semakin menarik dan saya mulai tidak bisa berhenti membaca buku ini. Banyak hal yang mengejutkan, seperti masa lalu Bernadette, hubungan Bernadette dengan tetangganya, penipuan oleh mafia internet, usaha suami Bernadette menyembuhkan keanehan istrinya... sampai akhirnya Bernadette memutuskan menghilang.

Bagian akhir buku ini berkisar tentang hubungan Bee dan ayahnya setelah Bernadette pergi, bagaimana mereka pergi ke Antartika dan mencoba menemukan jejak-jejak Bernadette. Bagian akhir ini adalah favorit saya, terutama deskripsi tentang Antartika dan bagaimana hubungan Bee dan ayahnya menghadapi kepergian Bernadette. Endingnya juga sangat menarik, menyediakan ruang untuk kita masuk ke pikiran Bernadette dan mengerti setiap pilihan-pilihan yang dia ambil.

Saya suka karakter-karakter quirky dalam buku ini, bahkan para cameo pun punya karakter yang menarik. Setting waktu dan tempat sangat bisa dipercaya, seperti deskripsi tentang kantor Microsoft - tempat suami Bernadette bekerja - dan proyek robot yang sedang mereka garap. Maria Semple bahkan juga memasukkan Mark Zuckerberg dan Al Gore yang walaupun sekilas tetap saja menarik dan tidak berkesan sekadarnya. Saya suka gaya Maria Semple connected the dots yang awalnya seperti random dan akhirnya, overall,  buku ini punya surprising effects buat pembacanya.



Buku ini dimasukkan dalam New Author Reading Challenge (Buku ke #1)