Wednesday 6 February 2013

[Review] Paris, C'est Ma Vie - Lona Hutape Tanasale



Penerbit : Gramata Publishing
ISBN : 9786028986625 
Tanggal Terbit : Desember 2012
Jumlah Halaman : 273

***********************************

Mungkin karena Paris pernah menjadi bagian dari mimpi terbesar saya. Mungkin karena saya pernah menginjakkan kaki di Paris setelahnya. Mungkin karena di Paris, saya mengenal penulis buku ini secara pribadi. Mungkin pula karena di buku ini ada nama Ernest Hemingway, Andrea Hirata dan Ella Fitzgerald, juga Midnight in Paris, yang original soundtracknya sering menemani waktu-waktu menulis saya.

Mungkin karena itu saya suka buku ini.

Tapi bagian yang paling saya suka adalah karena buku ini, mesti bercerita tentang Paris sebagai sebuah tempat, banyak menggali soal kehidupan. La Vie en Paris - kehidupan di Paris.

Bagi saya sebuah memoar perjalanan yang bagus tidak hanya berkutat soal gedung apa yang ada di sebuah tempat. Bukan juga hanya bercerita soal musim, harga tiket, dan jenis-jenis makanan. Memoar perjalanan baru lah lengkap ketika bercerita soal kehidupan - manusia dan budayanya. Apalagi ketika kita berkisah tentang Paris yang sudah sangat sering diceritakan orang.

Kenalilah Paris sebagai sebuah paket, begitu mungkin yang ingin disampaikan kak Lona. Bukan hanya tentang barisan butik paling mewah di dunia, tapi juga tentang para gelandangan dan anjingnya yang meringkuk di jalan ketika musim dingin. Keluarlah dari keriuhan Champs Elysees dan berkelanalah ke tempat-tempat yang tidak ditulis di brosur perjalanan. Cobalah bercakap-cakap dengan seorang Parisienne, tapi jangan lupa mengucapkan Bonjour. Lalu cicipi sedikit keju Perancis yang baunya hampir mirip dengan kaus kaki belum dicuci :p

Kak Lona menulis buku ini dengan bahasa yang renyah dan lancar. Mungkin buku ini bukanlah tipikal buku travel directory, tapi lebih sebagai tambahan pengetahuan untuk tahu seperti apa sebenarnya hidup di Paris. Paris sebagai sebuah paket lengkap antara yang indah dan tidak indah, benar adanya. Menurut saya, setiap cahaya pasti punya bayang-bayang. Demikian juga Paris yang dijuluki 'The City of Light', well, sometimes people forget the shadow.

Kalau ada yang kurang dari buku ini... Mmm, saya tidak tahu kenapa kak Lona tidak membahas Shakespeare and Co. Sejauh ini, sebagai pecinta buku, Shakespeare and Co adalah toko buku favorit saya: toko buku berantakan yang hangat dan menyenangkan^^ Bagi saya, toko buku ini juga landmark yang penting dari kota Paris.

Somehow, membaca buku ini tentu saja membuat saya merindukan Paris. Tidak hanya merindukan bau harum boulangerie dan wafel enak di Trocadero, tapi juga merindukan saat-saat keluarga kak Lona membawa kami Marche de Noel, dan juga malam natal yang dihabiskan di ruang keluarga mereka.

Tiba-tiba saya sadar, masih banyak yang belum saya lakukan di Paris, termasuk naik ke Puncak Eiffel dan menyusuri Sungai Seine. Mungkin lain kali :) 



Love,
Dhieta


Il n’y a que deux endroits au monde où l’on puisse vivre heureux:  chez soi et à Paris.
(There are only two places in the world where we can live happy:  at home and in Paris.)

2 comments:

  1. Mungkin aku tak pernah merindukan Paris, karena aku tak pernah menjejakkan kaki di sana :p

    ReplyDelete
    Replies
    1. sure, kita tidak akan kehilangan apa yang tidak kita miliki

      :)

      Delete