Akhirnya ada juga kesempatan buat ngeblog #fiuh. Banyak utang buku yang mesti di review nih. Satu-satu deh ya, semoga segala kegilaan di kantor cepet berakhir biar bisa beresin utang-utang itu :p
Tuesdays with Morrie is definetely my cup of tea! Ini adalah tipe buku yang akan membuatmu merasa membacanya bener-bener ngga sia-sia. Sebuah buku yang membuatmu belajar sesuatu, walaupun sesuatu itu bukanlah sesuatu yang baru.
Okey, let's begin...
Tema besarnya adalah tentang makna kehidupan.
Berawal dari seorang Mitch Albom yang mendengar kabar bahwa Morrie Schwartz, dosen favoritnya, sakit dan hidupnya tidak lagi lama. Diantara kesibukannya, Mitch mengambil keputusan untuk menyediakan waktu menengok Morrie, sebelum dia benar-benar meninggal. Pada pertemuan mereka Morrie menanyakan beberapa pertanyaan yang sulit ia jawab.
"Apakah kamu sudah menemukan teman untuk berbagi isi hati?"
"Apakah kamu banyak memberi untuk masyarakat?"
"Apakah kamu berdamai dengan dirimu?"
Pertanyaan yang menggugah hati Mitch. Ia mengingat komitmen masa mudanya, keinginannya untuk tidak bekerja demi uang, namun bergabung dengan pasukan perdamaian. Ia dulu ingin menghabiskan hidupnya dengan indah dan menginspirasi.
Kenyataanya, ia bekerja di televisi, dengan tuntutan pekerjaan yang bahkan membuatnya sulit memiliki waktu untuk diri sendiri, apalagi untuk orang lain. Ia tidak tahu apa yang ia dapatkan, selain uang dan popularitas.
Kenyataanya, ia bekerja di televisi, dengan tuntutan pekerjaan yang bahkan membuatnya sulit memiliki waktu untuk diri sendiri, apalagi untuk orang lain. Ia tidak tahu apa yang ia dapatkan, selain uang dan popularitas.
Morrie menyadarkannya. "So many people walk around with a meaningless life. They seem half asleep, even when they're busy doing things they think are important. This is because they're chasing the wrong thing. The way you get meaning into your life is to devote yourself to loving others, devote your self to community around you, and devote your self to creating something that gives you purpose and meaning.
Mereka kemudian berjanji untuk bertemu setiap hari Selasa dan bicara tentang hidup.
***
Buat saya, buku ini menjadi semacam kontemplasi, sebuah perenungan tentang hidup kita sendiri. Seperti kita juga berada di rumah Morrie, setiap hari Selasa, belajar di kelas yang sama dengan Mitch. Topik yang diajarkan beragam, mulai dari diskusi soal dunia, penyesalan, kematian, keluarga, emosi, ketakutan menjadi tua, keuangan, penikahan, budaya, pengampunan dan perpisahan.
Saya dibawa menyelami tokoh Morrie yang mempesona. Seseorang yang tahu tujuan hidupnya: mengabdikan diri bagi dunia pendidikan, menginspirasi sebanyak mungkin mahasiswanya. Ia bersahaja dan mementingkan orang lain bahkan lebih dari dirinya sendiri. Ia tahu bahwa nilai kehidupan bukan pada materi. Mungkin hal ini lebih mudah ia pelajari karena ia tidak berasal dari latar belakang orang kaya. Masa kecilnya sampai remaja dihabiskan dalam kemiskinan. Kesulitan hidup mengajarinya hal-hal berharga dari hidup itu sendiri.
Saya dibawa menyelami tokoh Morrie yang mempesona. Seseorang yang tahu tujuan hidupnya: mengabdikan diri bagi dunia pendidikan, menginspirasi sebanyak mungkin mahasiswanya. Ia bersahaja dan mementingkan orang lain bahkan lebih dari dirinya sendiri. Ia tahu bahwa nilai kehidupan bukan pada materi. Mungkin hal ini lebih mudah ia pelajari karena ia tidak berasal dari latar belakang orang kaya. Masa kecilnya sampai remaja dihabiskan dalam kemiskinan. Kesulitan hidup mengajarinya hal-hal berharga dari hidup itu sendiri.
Saya juga mengagumi Mitch. Di dalam kesuksesannya sebagai jurnalis, ia masih memiliki ruang untuk masa lalunya, termasuk seorang dosen tua yang hampir mati. Mitch juga tipikal orang yang terbuka untuk terus belajar. Dia tahu hidupnya bukanlah hidup yang lengkap, meskipun ia sama sekali tidak berkekurangan. Banyak hal harus dibenahi dan ia mau belajar dari hidup seorang Morrie. Setelah itu, Mitch juga mau membuat penyesuaian di hidupnya, walaupun tadinya hal itu sangat sulit ia lakukan. Menurut saya, Mitch sangat rendah hati.
Buku ini memuat banyak pelajaran berharga. Saking banyaknya, hampir tidak ada halaman tanpa coretan stabilo kuning. Kalimat-kalimat di dalamnya sangat quotable. Mengingatkan dan menginspirasi. Finally, saya belajar bahwa hidup bisa dilewati tanpa penyesalan, kalau kita tahu untuk apa dan bagaimana kita melewatkannya. "Make peace with living," begitu kata Morrie.
Akhirnya, bacaan berbahasa Inggris saya nambah lagi #kejar target :p
No comments:
Post a Comment