Judul : 84 Charing Cross Road
Penulis : Helena Hanff
Penerbit : Sphere
Jumlah Halaman : 230 halaman
Bagaimana rasanya menemukan seseorang yang kepadanya kita bisa bercerita apa saja tentang buku? Tidak banyak orang yang bisa memahami seorang kutu buku. Siapa yang bisa memahami perasaan-perasaan yang timbul ketika kita sedang dan atau habis membaca sebuah buku? Siapa yang bisa melihat never ending wish list sebagai sebuah mimpi yang butuh disemangati? Siapa yang bisa mengerti asyiknya berburu buku bekas di sebuah toko buku yang berantakan dengan buku-buku yang ditumpuk sembarangan? Siapa yang bisa ikut bahagia ketika kita melambung karena mendapatkan buku yang selama ini kita cari-cari?
Beruntunglah seorang kutu buku yang bisa menemukan teman seperti itu.
Beruntunglah Helena Hanff yang menemukan Frank Doel.
Beruntunglah seorang kutu buku yang bisa menemukan teman seperti itu.
Beruntunglah Helena Hanff yang menemukan Frank Doel.
Semuanya berawal dari sebuah surat yang ditulis Helena, seorang penulis Amerika penggemar buku-buku non fiksi, untuk Marks & Co, sebuah toko buku yang beralamat di 84 Charing Cross Road, London. Surat itu memuat daftar panjang buku-buku yang menjadi wish list Helena sekaligus uang sebanyak $5. Seorang staf di Marks & Co kemudian membalas surat itu, memberitahu Helena mereka mempunyai 2/3 dari daftar yang diminta. Itulah awal persahabatan Helena dan Frank.
Buku ini dibagi menjadi dua, 84 Charing Cross Road dan the Duchess of Bloomsbury Street.
Menarik sekali mengikuti surat-surat Helena dan Frank dan mengamati bagaimana persahabatan mereka berkembang. Helena yang tinggal di New York dan seakan tanpa basa basi, bercakap-cakap melalui surat dengan Frank, tipikal English man yang mengedepankan sopan santun. Mereka bicara tentang buku, mencari buku, merayakan buku, berargumen tentang buku... Helena Hanff yang menjadi salah satu pelanggan terbaik Marks & Co, karena ia tidak hanya rajin memesan buku tapi juga mengirimkan parsel Natal, Paskah dan perayaan lain untuk semua staf disana. Segera Helena menjadi kesayangan, tidak cuma untuk Frank tapi juga istri dan anak-anak Frank, dan juga staf-staf lain di Marks & Co. Mereka terus menerus saling berkirim surat selama 20 tahun sampai akhirnya ada hal yang memaksa mereka berhenti.
Membaca surat-surat Helena juga berarti mengenal gayanya sebagai seorang kutu buku. Ia ternyata lebih suka membaca buku di perpus, yang kemudian akan dia beli kalau memang ia suka. Ia juga selalu membeli buku bekas karena ia menyukai perasaan bahwa buku itu pernah dimiliki orang lain. Ini membuat saya memikirkan gaya saya sendiri yang cenderung kutu buku emosional, membaca apa saja dan membeli apa saja selama dompet saya mengijinkan :p
Bagian kedua buku ini menceritakan perjalanan Helena Hanff di London yang telah ia impikan selama bertahun-tahun. Ia akhirnya menjadi penulis sukses setelah menerbitkan surat-suratnya dengan Frank. Saya membaca bagian ini sangat lambat karena menurut saya bagian ini cenderung membosankan. Entah kenapa. Mungkin karena Helena menjadi sosok yang berbeda, dia tidak lagi terlalu sering bercerita tentang buku, dan lebih menjadi seorang turis yang memiliki banyak privilese karena statusnya sebagai penulis. Memang dia pergi mengejar tempat-tempat yang ada kaitannya dengan dunia literasi, tapi dia bukan tipe pembaca yang akan pergi ke toko buku dan berada disana berjam-jam hanya melihat-lihat cover dan membaca judulnya. Saya kurang menemukan ruh seorang kutu buku di bagian ini.
Mungkin suatu hari nanti saya akan membaca ulang buku ini, tapi hanya bagian pertamanya saja :)
Buku ini dimasukkan dalam New Authors Reading Challenge 2015 (Buku ke-2)
Buku ini dibagi menjadi dua, 84 Charing Cross Road dan the Duchess of Bloomsbury Street.
Menarik sekali mengikuti surat-surat Helena dan Frank dan mengamati bagaimana persahabatan mereka berkembang. Helena yang tinggal di New York dan seakan tanpa basa basi, bercakap-cakap melalui surat dengan Frank, tipikal English man yang mengedepankan sopan santun. Mereka bicara tentang buku, mencari buku, merayakan buku, berargumen tentang buku... Helena Hanff yang menjadi salah satu pelanggan terbaik Marks & Co, karena ia tidak hanya rajin memesan buku tapi juga mengirimkan parsel Natal, Paskah dan perayaan lain untuk semua staf disana. Segera Helena menjadi kesayangan, tidak cuma untuk Frank tapi juga istri dan anak-anak Frank, dan juga staf-staf lain di Marks & Co. Mereka terus menerus saling berkirim surat selama 20 tahun sampai akhirnya ada hal yang memaksa mereka berhenti.
Membaca surat-surat Helena juga berarti mengenal gayanya sebagai seorang kutu buku. Ia ternyata lebih suka membaca buku di perpus, yang kemudian akan dia beli kalau memang ia suka. Ia juga selalu membeli buku bekas karena ia menyukai perasaan bahwa buku itu pernah dimiliki orang lain. Ini membuat saya memikirkan gaya saya sendiri yang cenderung kutu buku emosional, membaca apa saja dan membeli apa saja selama dompet saya mengijinkan :p
Bagian kedua buku ini menceritakan perjalanan Helena Hanff di London yang telah ia impikan selama bertahun-tahun. Ia akhirnya menjadi penulis sukses setelah menerbitkan surat-suratnya dengan Frank. Saya membaca bagian ini sangat lambat karena menurut saya bagian ini cenderung membosankan. Entah kenapa. Mungkin karena Helena menjadi sosok yang berbeda, dia tidak lagi terlalu sering bercerita tentang buku, dan lebih menjadi seorang turis yang memiliki banyak privilese karena statusnya sebagai penulis. Memang dia pergi mengejar tempat-tempat yang ada kaitannya dengan dunia literasi, tapi dia bukan tipe pembaca yang akan pergi ke toko buku dan berada disana berjam-jam hanya melihat-lihat cover dan membaca judulnya. Saya kurang menemukan ruh seorang kutu buku di bagian ini.
Mungkin suatu hari nanti saya akan membaca ulang buku ini, tapi hanya bagian pertamanya saja :)
Buku ini dimasukkan dalam New Authors Reading Challenge 2015 (Buku ke-2)